Jakarta, sudutnusantaranews.com – Anggota Komisi VIII DPR Sandi Fitrian Noor mendesak pengawasan dan sertifikasi yang lebih ketat terhadap pengadaan food tray atau ompreng untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG). Hal ini menyusul temuan produk nonhalal yang mengandung lemak babi dalam wadah makan yang memicu polemik di masyarakat.
“Temuan ini sangat disayangkan dan harus menjadi perhatian serius semua pihak. Program MBG adalah program mulia yang bertujuan untuk meningkatkan gizi dan kesehatan masyarakat,” kata Sandi dalam keterangan tertulis, Senin (22/9/2025).
Politikus Golkar ini menyarankan pemerintah, khususnya Kementerian Kesehatan dan Badan Gizi Nasional (BGN) bersama Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) segera menarik semua food tray yang terindikasi nonhalal.
“BPJPH perlu mempercepat pendampingan dan sertifikasi halal gratis bagi UMKM yang menjadi rekanan program pemerintah, termasuk produsen kemasan makanan,” ujar Sandi.
Sebagai penanggung jawab utama, Sandi juga mendesak BGN melakukan sosialisasi masif kepada seluruh pemangku kepentingan, mulai dari perencana program di tingkat pusat dan daerah, penyedia jasa, hingga masyarakat penerima.
Sementara Wakil Ketua Komisi IX Yahya Zaini meminta BGN mencari solusi dan alternatif pengelolaan MBG agar masalah keracunan massal tak terjadi lagi.
“Mengingat banyaknya kasus keracunan, perlu dipikirkan alternatif MBG dikelola sekolah bersama Komite Sekolah,” kata Yahya Zaini dalam pernyataannya.
Sejak Januari hingga September 2025, sedikitnya 5.626 kasus keracunan MBG terjadi di 17 provinsi. Banyak daerah harus menanggung biaya perawatan korban di puskesmas maupun rumah sakit.
“Minyak itu digunakan pada saat stamping supaya mudah dibentuk. Setelah dicetak, minyak dibersihkan dan direndam hingga steril,” Dadan menjelaskan.
Kasus ompreng mengandung minyak babi saat Mereka melakukan kunjungan ke pabrik ompreng di Chaoshan, Cina, pada 19 Agustus 2025. Wakil Sekretaris RMI-NU DKI Jakarta Wafa Riansyah mengaku melihat langsung pencampuran minyak hewani berupa lemak babi dalam proses pencetakan wadah makanan.
“Waktu kami melihat proses pembuatan, itu ada campuran minyak hewani,” katanya di Jakarta Pusat, Rabu, 17 September 2025. (Hadi/SNN)