Sumenep, sudutnusantaranews.com – Pengurus Hima Prodi Fakultas Hukum (HMPH) Universitas Wiraraja (UNIJA) mengadakan acara sekolah Advikasi Senin, (19/05/2025). acara ini dihadiri oleh sekitar 66 peserta mahasiswa hukum universitas Wiraraja di graha sumekar  universitas Wiraraja.

Dalam acara ini pengurus HMPH menghadirkan 2 pemateri yakni ; Bapak Akhmad Bangun Sujiwo, S.H., M.H. (Hakim Pengadilan Negeri Sumenep) dan Jemmy Kurniawan mahasiswa aktivis Universitas Muhammmadiyah Malang.

Dimas Febriansyah selaku ketua umum HMPH 2025 mengatakan bahwa sekolah advokasi adalah momentum pencerah pembuka cakrawala kesadaran berfikir kritis mahasiswa, terlebih dalam menciptakan negara hukum yang berkedaulatan rakyat. Ujarnya Dimas.

“Sekolah advokasi dengan ulasan materi seputar mahasiswa dan demokrasi dalam bingkai negara hukum bukan hanya sebagai stimulus kesadaran kritis mahasiswa dalan semua isu sosial, melainkan mahasiswa harus mampu membawa api semangat keadialan yang berpihak pada rakyat selama nafas masih berhembus”ujarnya Senin, (19/05/2025)

Dekan Fakultas hukum Dr. Zainuri, S.H., M.H. menyampaikan apresiasi mendalam dengan acara pengurus HMPH dan berharap besar untuk suksesnya semua proker yang memberikan dampak dan kebermamfaatan bagi ummat dan bangsa.

Akhmad bangun sujiwo (pemateri pertama) mengulas fungsi dan peran mahasiswa dalam keterlibatannya terhadap pengawalan isu sosial dan pembangunan. tak lupa beliau juga memaparkan beberapa tantangan mahasiswa dari segi keilmuan, solidaritas dan kecakapan dalam bidang digital yang harus dibenahi sebagai jawaban tantangan zaman.

Pemateri kedua Jemmy Kurniawan seorang aktivis mahasiswa yang dikenal vokal dalam menyuarakan isu-isu sosial dan politik menyampaikan pentingnya arah gerakan mahasiswa di era digital saat ini, khususnya bagi generasi Z. Ia mempertanyakan, “Mau dibawa ke mana gerakan mahasiswa sekarang? Apakah hanya menjadi status untuk viral di media sosial, atau benar-benar ingin membawa perubahan?”

Menurut Jemmy, mahasiswa saat ini harus menjadi pelaku sejarah secara realistis, bukan hanya simbolis. Ia menyoroti betapa banyak gerakan mahasiswa yang kehilangan substansi karena terjebak dalam tren media sosial tanpa tindak lanjut yang nyata, Pungkasnya.

Lebih lanjut, dengan gaya bicara yang lugas dan penuh semangat, Jemmy menyampaikan pernyataan tegas, “Saya tidak pernah menjelekkan Anda sebagai orang yang sangat terhormat (pemangku kekuasaan), tetapi jika Anda membuat yang namanya kebijakan, di situlah saya, akan mengkritik dan membantai habis-habisan.” Kalimat ini sontak mendapat respons antusias dari peserta, menunjukkan semangat kritis yang masih menyala di kalangan mahasiswa. Tutupnya. 

Pesan Jemmy menjadi pengingat bahwa perjuangan mahasiswa bukan sekadar untuk eksistensi, tetapi untuk menghadirkan keadilan, mengawal demokrasi, dan menjadi bagian dari perubahan sistemik di Indonesia. Tutupnya. (Mustofa/SNN)