Sudut Opini – Dalam setiap generasi kepemimpinan, selalu ada pertanyaan yang harus dijawab ulang : apa yang sebenarnya kita jalankan dalam organisasi HMI ini ?, Tahun ke tahun, dari forum ke forum, kita terlalu sering berbicara tentang program, tapi jarang membicarakan gagasan. Seolah – olah program kerja adalah kitab suci yang cukup diwariskan tanpa disentuh, tanpa ditelaah kembali, apalagi dikritisi. Program tahunan hanya sekedar dokumen klise yang hanya butuh perubahan nama kepengurusan, tanpa berpikir ulang tentang tujuan dan relevansinya.
Saya tidak mau menyalahkan siapa – siapa, sebab fenomena ini patut menjadi bahan refleksi kita bersama. HMI sebagai organisasi kader seharusnya menjadi incubator gagasan, bukan sekadar platform copy-paste program tanpa inovasi baru yang relevan. Realitanya, kita terjebak dalam lorong rutinitas yang kita bangun sendiri. Kegiatan yang kita lakukan hanyalah berputar di tempat yang sama, sepi dari pengaruh sosial diluar ruang organisasi. Yang baru hanyalah kulitnya, isinya tetap sama.
Inovasi dalam organisasi bukan sekadar membuat kegiatan baru yang berbeda bentuk, tetapi tentang keberanian menggagas ulang arah gerak kita, dari simbolik menjadi substansial, dari rutinitas menjadi relevansi. Setiap bidang seharusnya tidak hanya fokus menjalankan agenda formalnya, tetapi juga mampu menciptakan gagasan yang berdampak nyata, baik bagi kader maupun masyarakat luas.
Saya tidak menafikan pentingnya tradisi dan kontinuitas. Tapi organisasi yang besar bukan hanya yang mempertahankan, melainkan juga yang menghidupkan. Warisan memang penting, tapi tanpa gagasan, warisan itu bisa jadi beban. Dan hari ini, HMI mulai terlihat letih memikul tanggung jawab program yang diwariskan dari masa lalu tanpa nafas masa kini. Yang lebih menyedihkan lagi, HMI semakin kehilangan sentuhannya dengan masyarakat. Kita terlalu sibuk mengatur internal hingga lupa dengan realitas eksternal. Kita terlalu larut dalam agenda struktural, hingga lupa bahwa keberadaan himpunan ini sejatinya adalah untuk umat. HMI seharusnya menjadi bagian dari denyut nadi masyarakat, tapi kini hanya menjadi gema dalam dinding sekretariat.
Sudah waktunya kepengurusan HMI, khususnya di tingkat komisariat, tidak sekadar menjadi perpanjangan tangan dari pola pikir lama yang stagnan. HMI harus berani meninggalkan sindrom warisan program rutin, dan mulai menyusun peta baru yang berpihak pada perubahan. Bukan berarti menghapus semua yang lama, tapi menata ulang dengan kesadaran bahwa zaman telah berubah. Kita perlu menyuntikkan ide-ide segar, program-program yang kontekstual, dan gerakan yang membumi. HMI harus kembali menjadi pelopor, bukan pengikut. Kita tidak hanya ditantang untuk berpikir, tapi juga untuk bekerja. Tidak hanya mengulang, namun juga mencipta.
Sebagaimana visi pendiriannya, HMI menuntut kita bukan hanya menjadi mahasiswa Islam yang berpikir, tetapi juga menjadi aktor perubahan yang mampu menginspirasi. Maka jika kepengurusan hari ini tidak mampu menghadirkan inovasi dan hanya menjalankan rutinitas semata, maka kita sedang menodai cita – cita keumatan dan kebangsaan yang menjadi fondasi berdirinya himpunan ini.
Muhammad Hasbullah Wasekum Bidang PA HMI Cabang Pamekasan
*) Konten di Sudut Opini merupakan tulisan opini pengirim yang dimuat oleh redaksi Sudut Nusantara News (SNN)