Sudut Opini – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi kemahasiswaan tertua dan terbesar di Indonesia memiliki sejarah panjang dalam perjuangan intelektual, sosial, keindonesiaan dan keislaman. Sejak di-dirikan pada 5 Februari 1947 oleh pahlawan nasional Prof. Lafran Pane, HMI telah menjadi wadah pengkaderan generasi muda Islam yang tidak hanya religius tetapi juga nasionalis. Namun, dalam realitas kekinian, tak dapat dimungkiri bahwa spirit atau semangat ber-HMI mengalami pasang surut. Catatan ini hendak merefleksikan secara kritis sebagai perenungan mengapa ghirah itu memudar dan bagaimana langkah strategis untuk membangunnya kembali.
Erosi Semangat: Gejala dan Akar Masalah
Dalam banyak cabang HMI di seluruh Indonesia, gejala yang sama tampak mengemuka: kader hadir dalam kegiatan hanya sebagai formalitas, diskusi intelektual berganti menjadi rutinitas seremonial, dan idealisme digantikan oleh kepentingan pragmatis. Banyak pula pengurus yang menjadikan posisi struktural sebagai batu loncatan politik atau jalur ke proyek eksternal, bukan sebagai arena pengabdian ideologis. Akibatnya, kaderisasi kehilangan ruhnya; HMI menjadi organisasi yang hidup secara administratif, tetapi mati secara ideologis.
Fenomena ini bukan hanya krisis individu, tetapi juga merupakan refleksi dari krisis kelembagaan. HMI seolah mengalami deideologisasi, yaitu pelepasan dari nilai-nilai fundamental yang dahulu menjadi alasan keberadaannya: keislaman, keindonesiaan, dan keilmuan. Dalam konteks ini, ghirah bukan sekadar motivasi emosional, melainkan energi ideologis yang menopang arah gerak organisasi.
Tantangan Zaman: Transformasi yang Tak Terkelola
Perubahan zaman—dari era analog ke era digital, dari struktur hirarkis ke budaya jejaring—menjadi tantangan tersendiri bagi organisasi seperti HMI. Banyak kader muda lebih tertarik pada ruang-ruang digital yang instan dan visual daripada forum-forum dialektika yang reflektif dan konseptual. Di sisi lain, HMI sebagai organisasi belum sepenuhnya mampu melakukan adaptasi metodologis tanpa kehilangan identitas ideologisnya.
Dalam situasi ini, membangun kembali spirit ber-HMI berarti melakukan dua hal sekaligus: pertama, melakukan reaktualisasi nilai-nilai dasar perjuangan dalam bahasa zaman; dan kedua, menciptakan ruang-ruang kaderisasi yang otentik, relevan, dan menggugah kesadaran.
Strategi Membangun Spirit: Kembali ke Asas, Bergerak dengan Konteks
Pertama dan utama, HMI harus kembali melakukan internalisasi Nilai Dasar Perjuangan (NDP) bukan hanya sebagai materi formal dalam Basic Training (LK 1), tetapi sebagai kerangka berpikir dan bertindak sehari-hari. NDP bukan dogma, tetapi kompas moral dan intelektual yang jika dimaknai secara mendalam, mampu menumbuhkan spirit yang kokoh dan transformatif.
Kedua, pendekatan kaderisasi perlu dibarengi dengan rekontekstualisasi. Artinya, materi-materi seperti keislaman, keindonesiaan, dan ke-HMI-an harus dihubungkan dengan isu-isu kontemporer: krisis lingkungan, kesenjangan sosial, digitalisasi, dan perubahan geopolitik. Ketika kader melihat bahwa HMI bukan hanya berbicara masa lalu tetapi juga solusi masa depan, maka spirit akan tumbuh bukan dari paksaan, tetapi dari kesadaran.
Ketiga, perlu diciptakan ekosistem kaderisasi yang berdaya gugah. forum-forum diskusi kecil yang hangat, mentorship oleh senior yang inspiratif, dan proyek-proyek sosial yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat. Spirit tidak dibentuk oleh struktur, melainkan oleh relasi yang bermakna dan pengalaman yang mengubah.
HMI dan Tanggung Jawab Zaman
Dalam situasi bangsa yang penuh tantangan ini, peran HMI sebagai laboratorium kader umat dan bangsa menjadi semakin vital. Namun, peran itu hanya bisa dijalankan jika spirit kader benar-benar hidup dan menyala. Untuk itu, refleksi bukanlah akhir, tetapi awal dari rekonstruksi. Membicarakan HMI hari ini bukan soal nostalgia sejarah, melainkan soal keberanian menatap masa depan dengan semangat yang diperbarui.
Membangun kembali spirit ber-HMI bukanlah proyek romantik, melainkan tugas ideologis, moral, dan intelektual. Dan tugas itu dimulai dari kita sendiri, di sini, sekarang juga.
Ilham Layli Mursidi Ketua Umum HMI Cabang Banyuwangi Periode 2025-2026
*) Konten di Sudut Opini merupakan tulisan opini pengirim yang dimuat oleh Redaksi Sudut Nusantara News